Lifestyle

Jangan Egois! Hindari Keterlibatan Anak Saat Berkampanye

Beberapa orang tentunya bersemangat untuk berpartisipasi dalam tiap tahapan pemilu. Seiring berkembangnya zaman serta kemajuan teknologi, masyarakat juga kini makin mudah untuk mengakses segala informasi terkait pemilu. Kemudahan akses informasi memudahkan masyarakat dalam mencari jawaban tentang apa-apa saja yang berhubungan dengan pemilihan umum, dari bagaimana fungsi partai politik  pada masa kampanye, siapa calon yang akan maju, bagaimana rekam jejaknya dalam dunia politik, bahkan pertanyaan-pertanyaan lain seperti kasus yang mungkin telah dialami oleh setiap calon. Semua pertanyaan tersebut dapat dengan mudah diakses melalui internet.

Bahkan semakin ke sini, semakin banyak anak muda dari generasi Z yang mulai melek politik dan akan menggunakan hak suaranya dalam pemilu. Jika terus seperti ini, bukan tidak mungkin jika anak SMA, SMP atau bahkan SD sekalipun nantinya akan mulai memahami politik lebih dini sebagai konsekuensi dari kemudahan akses informasi tersebut. Mengingat saat ini pun banyak sekali kampanye-kampanye politik yang dilakukan lewat media sosial dan menargetkan anak muda sebagai sasaran utama.

Namun bagi Anda para orang tua yang hendak mengikuti aktivitas kampanye terpusat, ada baiknya untuk tidak melibatkan anak kecil dalam proses kampanye. Terlepas dari tindak pidana yang tercantum dalam pasal 280 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilu, yang secara tegas melarang keterlibatan anak-anak dalam kampanye. Hal ini wajar, karena melibatkan anak-anak dalam proses kampanye juga menimbulkan masalah bagi anak di kemudian hari, apa saja itu?

  • Psikologis anak akan terganggu

Karena kondisi kejiwaan seorang anak masih dirasa belum cukup matang dan juga belum siap menerima persaingan yang keras dalam dunia politik. Hal ini tentunya dapat berdampak pada kondisi psikis anak tersebut.

  • Aktivitas menjadi kacau

Keterlibatan seorang anak dalam mengikuti kampanye orang tuanya juga akan berdampak pada aktivitas yang kacau. Karena pada dasarnya seorang anak seharusnya menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain, berkreasi, beristirahat dan bersosialisasi dengan teman sebayanya sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal ini juga yang membuat kampanye politik hingga saat ini masih belum ramah anak.

  • Mempengaruhi tumbuh kembang anak

Dampak dari keterlibatan seorang anak dalam mengikuti kampanye orang tuanya tentu saja berkenaan dengan tumbuh kembang dari anak tersebut, dari yang seharusnya menghabiskan waktunya dengan bermain, namun harus menghadapi kampanye yang bahkan bisa jadi dia sendiri juga tidak paham terhadap apa yang ia lakukan. Belum lagi jika si anak harus menerima ancaman baik secara fisik maupun intimidasi yang kerap terjadi di masa kampanye.

Contoh dari bentuk keegoisan para orang tua yang melibatkan anaknya dalam kampanye dapat dilihat di acara arak-arakan kendaraan pemilu, yang biasanya juga membawa anak sebagai bentuk dukungan terhadap partai tertentu. Atau bisa juga membawa anak-anak ke konser kampanye yang biasanya rentan terjadi kericuhan dan berdesak-desakan, hingga sang anak kemudian menangis. Pada akhirnya, melibatkan anak dalam proses pemilu bukanlah langkah yang baik dan justru akan berdampak buruk terhadap anak, dari segi sosial hingga psikis.

Itu dia beberapa alasan mengapa lebih baik menghindari melibatkan anak dalam kegiatan politik terutama saat kampanye. Seorang anak yang seharusnya memanfaatkan waktu luangnya dengan bermain, beristirahat, hingga berkreasi sesuai dengan minat dan bakatnya tidak seharusnya dimanfaatkan oleh orang tua nya untuk berkampanye. Jika anda tertarik, Anda dapat mengunjungi situs ACLC KPK untuk mengakses infomasi terkait dengan politik berintegritas dan juga sikap antikorupsi yang penting dimiliki, terutama menjelang pemilu seperti saat ini.

 

 

 

 

Comment here